Glitter Words


Minggu, 29 Januari 2012

Minta Maaf pun ada batasnya


“Setiap manusia di dunia, pasti punya kesalahan. Hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan….”

Kawan, masih ingatkah dengan lirik lagu diatas? Kalo kalian pernah nonton film Petualangan Sherina, pasti gak asing dong dengan lirik lagu tersebut. Kalo gak salah lirik diatas sudah benar. (Sedang mencoba mengingat)

Satria. Bicara soal satria pasti imajinasinya adalah seorang pria pemberani dengan kuda putih, membawa pedang panjang dan menyelamatkan sang putri dari bahaya. Then they fallin in love, married and the last, they live happily ever after. Well itu sosok satria dalam sebuah cerita.

Satria. Who is she/he? Orang yang berani mengatakan cinta, orang yang mau mengakui kesalahan dan meminta maaf, dan orang yang mau memaafkan sebelum orang lain minta maaf. Itu sedikit arti kecil dari satria. Ada yang punya pendapat tentang satria itu siapa? Monggo di share. hehehe.

Mungkin kalian bingung, ada satria, ada minta maaf, mana yang mau dibahas? Biasanya jika dikasih dua pilihan, pasti ia akan memilih yang kedua. Ok. Kesempatan kali ini, saya akan berbicara sedikit banyak tentang minta maaf. Saya minta maaf sebelumnya jika diujung kata ada salah. #lhooo

Minta maaf. Berasal dari kata apologize (inggris), excuses (prancis), nyuwun ngapunten (bahasa jawa). Apakah penting? ndak juga sih, wong cuma cari tahu saja. hehehe.

Setiap manusia yang melakukan kesalahan pasti ia akan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya, dengan sadar, tidak sadar atau faktor dorongan dari orang lain. Tujuannya agar ia tidak menabung dosa, oh salah maksudnya menambah dosa.

Minta maaf, juga menjadi salah satu pelajaran yang sulit bagi seseorang, jika ia belum memahami, sulit mengungkapkan dan belum lulus pelajaran yang satu ini.

Ketika minta maaf telah menjadi budaya, contoh imajinasinya adalah mpok minah, salah satu tokoh dalam sinetron bajaj bajuri. Sudah ingat? Itu lho yang sering bilang like this “maaf mak, uangnya belum cukup”. “maaf saya ndak tahu, maaf tadikan mak ndak bilang, maaf saya permisi dulu…..”

Mari kita ulas lagi, tentang minta maaf dan budaya pada paragraf sebelumnya. Budaya memiliki dua dampak, positif dan negatif. Sekarang kita aplikasikan minta maaf dalam perspektif positif. Kalo mpok minah tadi setiap kata dimulai dengan kata maaf itu tidak salah. Tapi minta maaf pun mempunyai porsi. Porsi disini katakanlah batasan. Simplenya batasan minta maaf, atau minta maaf dan batasan.

Porsi atau batasan itu kayak mana? Seperti halnya ketika melakukan sebuah kesalahan dan kita minta maaf dan orang yang bersangkutan memaafkan maka hasilnya adalah clear. Kalo aplikasi perhitungan jadi 1-1= 0.

Dan ketika sudah clear mengulangi kata yang sama minta maaf lagi maka 0 akan menjadi -1, semakin berulang-ulang maka akan semakin menjadi banyak -. Dari banyak - yang diterima maka itu akan menimbulkan atau menjadikan orang menjadi jenuh. Selanjutnya apa yang orang tersebut katakan mungkin seperti ini “sudah minta maaf kok maaf terus…”. Ibaratnya uda titik ya sudah selesai, kenapa memunculkan koma lagi?

Jadi, kenapa minta maaf harus punya batasan? alasannya adalah pertama agar tidak menimbulkan dampak berlebihan dimata orang lain (negatif) dan kedua agar tidak meninggalkan kejenuhan kepada orang lain saat mendengarnya. apa lagi ya? ada tambahan….? Mungkin cukup itu dari saya. Terima kasih. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar